Bencana alam (cataclysms) api dan air di seluruh dunia sejauh yang kita bicarakan dalam esai ini adalah sangat ilmiah. Hal ini banyak dibuktikan dalam catatan geologis, yang secara umum diterima oleh ilmu Geologi modern. Jadi kepunahan besar-besaran segala macam spesies, dan terutama mamalia besar terjadi pada akhir zaman es Pleistocene, sekitar 11.600 tahun yang lalu. Ketika Sekitar 70% dari jenis mamalia besar yang ada pada zaman sebelumnya punah, termasuk, dalam segala kemungkinannya, dua jenis manusia, Neandertals dan Cro-Magnons, yang punah sekitar zaman ini.
Hanya bagaimana mekanisme akhir Zaman Es Pleistocene – yang merupakan fakta, tetapi sejauh ini tidak dapat dijelaskan oleh Sains – itulah yang baru dan berasal dari kami sendiri. Menurut kami, peristiwa dramatis ini disebabkan oleh ledakan besar dari gunung berapi Krakatau (atau mungkin juga yang lain), yang membuka Selat Sunda, memisahkan pulau Jawa dan Sumatra, di Indonesia.[1]
Ledakan raksasa ini secara luas dibuktikan di berbagai mitos dan tradisi seperti tentang Atlantis dan surga Firdaus (Paradise), yang memang terletak di daerah ini di dunia. Ini secara universal dikenang sebagai ledakan Gunung Surga (= Gunung Krakatau, Atlas, Sinai, Zion, Alborj, Qaf, Golgotha, Meru, dsb) dan banjir yang ditimbulkannya, di mana mereka semua berbicara secara obsesif sebagai Banjir Besar dan Kebakaran Besar (Universal Flood and Universal Conflagration).
Ledakan Gunung Krakatau menyebabkan tsunami raksasa, yang melanda dataran rendah Atlantis dan Lemuria. Hal ini juga memicu akhir Zaman Es terakhir yang menutupi gletser benua dengan lapisan jelaga (fly ash) yang mempercepat pencairan gletser karena peningkatan penyerapan panas sinar matahari. Tsunami raksasa yang disebabkannya itu juga berdampak pada invasi maritim pada benua di seputar Pasifik dan terutama wilayah Antartika. Hasilnya adalah bahwa gletser itu hanyut mengapung akibat serbuan air itu dan dibawa kembali ke laut, ketika air ini kembali ke sana. Proses ini baru-baru ini dibenarkan oleh penelitian geologi dan oseanografi, dan peristiwa ini disebut Heinrich Events, yaitu bencana yang terkait dengan akhir Zaman es Pleistosen, yang terjadi tiba-tiba dan brutal.
Air gletser yang cair ini – yang tertutup jelaga atau dibawa pergi sebagai gletser dan banquises – mengalir ke lautan, dan menaikkan permukaan laut sekitar 100-150 meter. Besar kenaikan permukaan laut yang luar biasa ini menciptakan ketegangan dan tekanan dalam kerak bumi karena beban ekstra pada dasar laut dan ikatan isostatic benua, berkurangnya berat kolosal gletser yang tebalnya 1 mil yang menyelimuti mereka sebelumnya. Kerak bumi kemudian retak terbuka di titik-titik lemahnya, melahirkan letusan gunung berapi berikutnya, gempa bumi dan tsunami lebih lanjut yang menjadi umpan balik (secara positif) proses, melanjutkan hal itu sampai selesai. Hasilnya adalah akhir dramatis Zaman Es Pleistocene I dan apa yang disebut Kepunahan Keempat yang kami sebutkan di atas.